lokabaca.com – Paskibraka: Sejarah dan Formasi pada Upacara Proklamasi Kemerdekaan
Dalam tiap peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia, hadirnya Paskibraka memiliki peran sentral dalam mengibarkan duplikat bendera pusaka. Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, atau yang lebih akrab disebut Paskibraka, memegang tugas suci untuk menghormati momen bersejarah ini. Tulisan ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang Paskibraka dan struktur formasi mereka yang terdiri dari tiga kelompok utama.
Memahami Paskibraka dan Tugas Mulianya
Paskibraka memiliki tanggung jawab utama dalam upacara peringatan proklamasi kemerdekaan RI, yakni mengibarkan duplikat bendera pusaka dengan hati-hati dan penuh khidmat. Tugas ini di laksanakan melalui formasi khusus yang mengandung makna simbolis. Dalam rangkaian pengibaran bendera pusaka, Paskibraka terbagi menjadi tiga kelompok dengan peran unik masing-masing.
PASKIBRAKA dalam Perspektif Lebih Lanjut
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 51 tahun 2022 tentang Program Paskibraka, pembentukan Paskibraka tidak sekadar berfokus pada pengibaran dan penurunan bendera pusaka saat peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Lebih dari itu, program ini bertujuan untuk mengembangkan calon pemimpin bangsa yang memiliki karakter Pancasila. Pembinaan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang mencakup pemahaman ideologi Pancasila, pelatihan kepemimpinan, kedisiplinan berbaris, serta pembentukan karakter tangguh, mandiri, dan cinta tanah air. Melalui pendekatan ini, Paskibraka di harapkan menjadi calon pemimpin masa depan dengan semangat nasionalisme dan jiwa Pancasila.
Jejak Sejarah PASKIBRAKA
Melangkah dari Yogyakarta ke Jakarta: Perjuangan Awal Paskibraka
Pada tahun 1946, saat ibu kota di pindahkan ke Yogyakarta, Husein Mutahar, pendiri Paskibraka, mewujudkan gagasannya. Di peringatan ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan RI yang pertama, Presiden Soekarno meminta Mayor (Laut) Husein Mutahar untuk mengatur pengibaran bendera pusaka di Istana Gedung Agung Yogyakarta. Dari sini muncul ide bahwa pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air harus melaksanakan pengibaran, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan. Meski hanya lima pemuda yang berhasil di hadirkan Mutahar, termasuk Siti Dewi Sutan Assin, hal ini melambangkan semangat Pancasila. Hingga 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap di lakukan seperti itu. Setelah ibu kota kembali ke Jakarta pada 1950, Mutahar tidak lagi terlibat. Pengibaran bendera setiap 17 Agustus di Istana Merdeka di lakukan oleh Rumah Tangga Kepresidenan hingga 1966, melibatkan pelajar dan mahasiswa Jakarta.
Dari Konsep hingga Realitas: Transformasi Paskibraka
Pada 1967, Presiden Soeharto meminta Mutahar mengatur lagi pengibaran. Inspirasi dari 1946 di Yogyakarta membawa pada pengembangan formasi tiga kelompok sesuai tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45). Kelompoknya adalah:
- Pasukan 17 / Pengiring (Pemandu).
- Pasukan 8 / Inti (Pembawa Bendera).
- Pasukan 45 / Pengawal.
Mulai 1968, Paskibraka di wakili pemuda utusan provinsi. Namun, karena belum semua provinsi mengirimkan wakil, anggota tahun 1967 tetap di perlukan. Pada 1969, Bendera Pusaka di gantikan oleh duplikat dalam peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus. Sejak itu, anggota pengibar bendera pusaka disebut Paskibraka.
1. Pasukan 17: Pemandu dan Pengiring
Pasukan pertama adalah Pasukan 17, yang berfungsi sebagai pemandu dan pengiring utama dalam prosesi pengibaran bendera. Dengan total 17 anggota, kelompok ini melambangkan tanggal bersejarah Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Pasukan ini berada di barisan depan dan di pimpin oleh seorang Komandan Kelompok (DanPok) yang bertugas memastikan kelancaran upacara.
2. Pasukan 8: Pembawa Bendera dan Inti
Pasukan 8, terdiri dari delapan anggota, berdiri di belakang Pasukan 17. Kelompok ini memiliki peran sentral sebagai pasukan inti yang membawa duplikat Bendera Pusaka merah putih. Dalam kelompok ini, terdapat dua putri Paskibraka yang berperan sebagai pembawa bendera. Salah satunya membawa bendera utama (Pembawa Baki 1), sementara yang lain sebagai cadangan (Pembawa Baki 2). Keduanya di awasi oleh empat anggota TNI atau POLRI yang bersenjata.
3. Pasukan 45: Pengawal Kehormatan
Pasukan 45, yang beranggotakan 45 orang, berdiri di belakang Pasukan 8. Mereka membawa senapan dan bertugas sebagai pengawal kehormatan. Peran ini memiliki makna simbolis yang mengingatkan pentingnya menjaga dan merawat kemerdekaan yang telah di perjuangkan. Meski tidak terlibat langsung dalam pengibaran bendera, Pasukan 45 memberikan kesan mengesankan dalam setiap upacara.
Peran Penting Formasi dan Simbolisme
Formasi Paskibraka bukan sekadar susunan fisik anggota dalam upacara, melainkan mengandung makna simbolis yang mendalam. Dari jumlah anggota hingga peran setiap kelompok, semuanya di rencanakan secara hati-hati untuk menghormati sejarah proklamasi kemerdekaan. Ini juga merefleksikan persatuan, kerja sama, dan semangat para generasi muda dalam menjaga dan meneruskan nilai-nilai perjuangan bangsa.
Kesimpulan
Dalam setiap peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia, Paskibraka menjalankan tugas mulia mereka dengan penuh dedikasi dan khidmat. Melalui formasi simbolis, mereka tidak hanya mengibarkan bendera pusaka, tetapi juga mewakili semangat perjuangan dan persatuan bangsa. Sebagai penjaga warisan berharga, Paskibraka mengingatkan kita akan pentingnya merayakan kemerdekaan sambil menghormati perjuangan para pendahulu. itulah sedikit artikel tentang “Paskibraka: Sejarah dan Formasi pada Upacara Proklamasi Kemerdekaan”, semoga artikel diatas dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda. Terima kasih Sobat Lokabaca, sampai jumpa kembali di artikel menarik lainnya.
sumber : https://paskibraka.bpip.go.id/profil